Senin, 18 Maret 2013

Visi Untuk Anak



Image dari corbis.com
Suatu hari saya bertemu seorang pengrajin sepatu yang sudah lebih dari sepuluh tahun menggeluti usaha sepatu (bengkel sepatu). Beliau banyak bercerita tentang perjuangannya merintis usaha sepatu mulai dari nol hingga berjalan seperti sekarang. Dari obrolan kami, ada satu cerita yang cukup menarik dan mungkin bisa jadi pembelajaran buat saya juga.  

Beliau bercerita bahwa orang yang paling berjasa di dunia usahanya bukanlah orang yang memberi order pertama ataupun yang memberi modal untuk usahanya, akan tetapi ayahnya. Nasihat ayahnyalah yang mengantarkan dirinya hingga menjadi seperti sekarang.

Bagi orang desa seperti dia, melanjutkan ke jenjang universitas selepas SMU adalah sebuah kemewahan, karena itu pilihan paling bagus adalah mencari kerja di kota. Tapi kerja yang seperti apa? Pembantu rumah tangga? Pelayan rumah makan? Penjaga konter, swalayan? Atau seperti teman-teman kampung saja?( Biasanya orang-orang desa tersebut pergi ke kota menjadi pekerja pabrik tekstil atau garmen).
Di titik-titik krusial inilah peran orang tua akan menjadi sangat penting, dan di titik tersebut dia mendapat satu pesan dari ayahnya yang sangat membekas di benaknya hingga sekarang. 

“Kalo kamu bekerja di pabrik besar,sangat kecil kemungkinannya kamu bikin pabrik besar seperti itu, tapi kalo kamu kerja di “rumah”, ayah yakin kamu juga akan bisa bikin “rumah”, dan mungkin bisa lebih besar. Rumah disini maksudnya adalah home industry.

Seperti kita tahu bekerja di pabrik 8,12,14 jam sehari, waktu pekerja akan habis menggeluti satu hal saja. Misalnya operator alat di pabrik besar yang sampai bertahun-tahun hanya mengoperasikan alat tersebut saja. Atau di pabrik rokok seorang pekerja linting biasanya juga tetap akan menekuni pekerjaan itu selama 10 tahun,bahkan lebih. Sedangkan jika bekerja di home industry, seorang pekerja yang pintar akan belajar mulai dari awal pencarian bahan baku, pembelian, proses produksi hingga mungkin sampai membantu pemasaran. Istilahnya selain bekerja, dia belajar bisnis juga.

Seperti itulah yang dialaminya, jejaring supplier bahan baku, produksi dan pemasaran yang terbentuk ketika bekerja, menjadi aset sosial yang sangat berharga saat memutuskan keluar dari kerja dan memulai usaha sendiri. Tidak harus mulai dari nol banget.

“Ayah saya seorang tani desa, SD pun tidak lulus, tapi berpikiran maju dan bagi saya Beliau sudah memberi bekal yang cukup untuk mengantarkan anaknya. Bekal yang sangat berharga”, katanya kemudian.

Bagaimana dengan anak Anda? Sudah dikasi uang jajan?Lho :)       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar