Image dari corbis.com
Suatu hari saya bertemu seorang pengrajin sepatu yang sudah
lebih dari sepuluh tahun menggeluti usaha sepatu (bengkel sepatu). Beliau
banyak bercerita tentang perjuangannya merintis usaha sepatu mulai dari nol
hingga berjalan seperti sekarang. Dari obrolan kami, ada satu cerita yang cukup
menarik dan mungkin bisa jadi pembelajaran buat saya juga.
Beliau bercerita bahwa orang yang paling berjasa di dunia
usahanya bukanlah orang yang memberi order pertama ataupun yang memberi modal
untuk usahanya, akan tetapi ayahnya. Nasihat ayahnyalah yang mengantarkan
dirinya hingga menjadi seperti sekarang.
Bagi orang desa seperti dia, melanjutkan ke jenjang
universitas selepas SMU adalah sebuah kemewahan, karena itu pilihan paling
bagus adalah mencari kerja di kota. Tapi kerja yang seperti apa? Pembantu rumah
tangga? Pelayan rumah makan? Penjaga konter, swalayan? Atau seperti teman-teman
kampung saja?( Biasanya orang-orang desa tersebut pergi ke kota menjadi pekerja
pabrik tekstil atau garmen).
Di titik-titik krusial inilah peran orang tua akan menjadi
sangat penting, dan di titik tersebut dia mendapat satu pesan dari ayahnya yang
sangat membekas di benaknya hingga sekarang.
“Kalo kamu bekerja di pabrik besar,sangat kecil
kemungkinannya kamu bikin pabrik besar seperti itu, tapi kalo kamu kerja di
“rumah”, ayah yakin kamu juga akan bisa bikin “rumah”, dan mungkin bisa lebih
besar. Rumah disini maksudnya adalah home industry.
Seperti kita tahu bekerja di pabrik 8,12,14 jam sehari,
waktu pekerja akan habis menggeluti satu hal saja. Misalnya operator alat di
pabrik besar yang sampai bertahun-tahun hanya mengoperasikan alat tersebut
saja. Atau di pabrik rokok seorang pekerja linting biasanya juga tetap akan menekuni
pekerjaan itu selama 10 tahun,bahkan lebih. Sedangkan jika bekerja di home
industry, seorang pekerja yang pintar akan belajar mulai dari awal pencarian
bahan baku, pembelian, proses produksi hingga mungkin sampai membantu
pemasaran. Istilahnya selain bekerja, dia belajar bisnis juga.
Seperti itulah yang dialaminya, jejaring supplier bahan
baku, produksi dan pemasaran yang terbentuk ketika bekerja, menjadi aset sosial
yang sangat berharga saat memutuskan keluar dari kerja dan memulai usaha
sendiri. Tidak harus mulai dari nol banget.
“Ayah saya seorang tani desa, SD pun tidak lulus, tapi
berpikiran maju dan bagi saya Beliau sudah memberi bekal yang cukup untuk mengantarkan
anaknya. Bekal yang sangat berharga”, katanya kemudian.
Bagaimana dengan anak Anda? Sudah dikasi uang jajan?Lho :)